Friday, August 28, 2020

PERBANDINGAN PELAJARAN MUATAN LOKAL DI PAPUA (NABIRE) DAN LUAR PAPUA (GORONTALO)

 Penulis : Fransiskus Degei | Mahasiswa Universitar Ichsan Gorontalo | Tahun 2014-2018


Pada tahun 2008 saat saya duduk di bangku pendidikan Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 2 Nabire, ketika saat itu kami dapat mata pelajaran yang dimana mata pelajaran tersebut itu adalah Muatan Lokal, saya tidak tahu apa yang kalian belajar pada mata pelajaran ini, disini saya akan menceritakan sedikit mengenai perbedaan pelajaran yang saya dapat dari pelajar muatan lokal yang saya pernah tekuni saat saya duduk di bangku SMP, dan dari pandangan saya pada pelajar muatan lokal di Gorontalo.

Saat saya sekolah di bangku SMP ketika pada mata pelajaran Muatan Lokal kami hanya disuruh cabut rumput di halaman depan kelas, atau halaman depan ruang guru, kadang guru menyruh kami untuk membawa sabit dan parang untuk membabat halam samping sekolah, sudah sia-sia waktu belajar kami selama mata pelajaran tersebut kalau di pikir sekarang sangat rugi, walaupun membersihkan halaman sekolah itu sangat penting bagi siswa, namun pada jam yang tidak tepat bagi kami siswa.

Setelah tamat dari SMP ketemu lagi dengan mata pelajaran Muatan Lokal di Bangku Pendidikan SMA di tinggat menengah atas ini lagi guru menyuruh kami untuk berlatih menyanyi dalam bahasa daerah. Untuk singkat cerita saya akan menjelaskan sedikit mengenai Pelajaran Muatan Lokal yang saya ketahui dari teman-teman luar dari Papua.

Ketika saat itu saya duduk di halaman Kontrakkan Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai (IMAPENAPANDODE) di Pentadio Kota Gorontalo, saat itu kira-kira pukul 14:30 saya di sampering oleh dua Siswa Laki-Laki yang lewat depan Kontrakkan, mereka menyapa :

v  Ti kaka lagi baapa..? ujar kedua anak tersebut,

v  Kaka lagi dudu di sini.. Penulis

v  Oh Iyo....!

v  Ngoni pigi kemana...?

v  Ke sekolah kaka, kami belajar Muatan Lokal..!

Dari sapaan mereka tersebut saya ingat kembali pelajaran Muatan Lokal yang saya pernah dapatkan saat saya masih duduk di bangku Sekolah SMP/SMA dan saya menyakan :

v  Oh disuruh apa dari guru....?

v  Kaka kami belajar Bahasa Daerah Gorontalo dan Latihan Landak

Landak adalah Seni Beladiri semacam Karate dan Silat namun Landak tersebut beladiri asli dari Gorontalo, yang mereka belajar dari beberapa gerakan Hewan seperti misalnya Harimau, Kangguru, Ular, dan Lain Sebagainya.

 

            Dari beberapa percakan singkat diatas itu bahwa Pelajaran Muatan Lokal Di Papua juga Harus di terapkan Suatu Pelajaran ataupun dalam bentuk Pelatihan, Bagaimana Cara Merajut Noken?, Bagaimana Membuat Panah?, Bagaimana Membuat Anak Busur? Dan Mempelajari bahasa daerah masing-masing suku yang ada di dalam satu kelas yang ada tersebut. Kenapa saya mengatakan seperti itu karena di lihat dari perkembangan Jaman di era globalisasi ini lebih banyak dari kita misalnya suku Mee yang sudah lama hidup di kota hampir semua ada yang tidak pandai berbicara bahasa daerah, ada yang bisa mendengar namun tidak bisa bisa mengucapkan dan lebih parah ada yang tidak tahu sama sekali.

            Jadi budaya itu sangat penting bagi generesi penerus kita tidak boleh lagi lupa lagi dengan budaya kita tidak boleh lagi lupa dengan bahasa daerah kita, oleh karena itu Dinas Pendidikan di Provinsi Papua yang mengatur di bidang Mata Pelajaran Khusu Mata Pelajaran Muatan Lokal harus berpikir Nilai Budaya orang Papua yang harus di Pelajari bagi siswa dan siswi yang menempuh di bangku pendidikan SMP maupun SMA.

            Karena menurut saya orang yang lupa dengan budayanya itu merukan suku atau bangsa yang hilang jadi diri, oleh karena itu Cara Membuat Anak Panah, Busur, Anyaman Noken dan lain sebagainya itu harus di Mata Pelajarankan kemudian harus dipelajar oleh siswa/siswa untuk Mempertahankan dan harus di pelihara oleh generasi ke generasi berikutnya.

 

 

 

Previous Post
Next Post

0 Post a Comment: