Friday, September 8, 2017

Tawa dibalik cita

Foto : Degei Liks
Anak kecil punya cinta-cita yang luar biasa.



Mereka ramai di sore itu. Para penggemar si kulit bundar sedang asyik merebut bola dalam ruang hijau.  (Panitia) mahasiswa A-A PANDODEI SE Sulawesi) , sedang mencari bolpoin warna merah untuk mencoret mereka yang kalah dalam pertandingan itu (sistim gugur).

Pemimpin pertandingan sedang mencari nafas untuk meniup peluit. Bendera jebakan offside,  sedang berkibar di pinggir lapangan kodim bersama kabut alias wasit kedua.

Cinta dan love sedang asyik menonton bola, dipinggir lapangan. Mereka sambil mewarnai bibir dan gigi menjadi merah, ternyata itu pinang, sirih dan kapur yang bertengkar di mulut.

Itulah sedikit suasana yang muncul saat pertandingan berlangsung di Kodim Sapta Marga Nabire.  Sekitar jutaan kisah, bahkan cerita terjadi saat itu. Dari cerita yang biasa,  sampai cerita yang tak bisa dibayangkan terjadi waktu itu.

 Namun, yang saya masih ingat, dan selalu saya ingat adalah sebuah cerita, yang mengajak saya untuk harus mengambil hp saya untuk mengabadikannya. "Dia boca cilik,  asal paniai papua, dengan semangat memegang bendara ofside dan menjaga yang ofside dengan tekun. Boca cilik itu, malas tau dengan yang sedang terjadi di sekitarnya.

"De serius,......de pegang bendera ofside" dan yang ofside de angkat bendera. De malas tau. Dan yang saya pikir kan saat itu adalah,  seandaianya, kita orang mee apabila. Belajar sesuatu yang kita suka (hobby) dari kecil dengan baik, pasti kita menjadi orang yang ahli dan pintar dalam suatu hal. Seperti : Wasit terbaik, pemain hebat, petani sukses, atletik tercepat,  dll.

Itu hanya belajar hayal dan cerita.

#kodim_dan_kabut_cilik
Previous Post
Next Post

0 Post a Comment: