CERPEN DUA ANAK YANG MERANTAU (DUWAHE DAN DUWAHEBI)
Di suatu kampung kecil hiduplah seorang Ibu dan Bapa yang mempunyai dua anak laki-laki yang kembar, dan masing-masing bernama Duwahe dan Duwahebi, kedua anak tersebut itu kedua orang tuanya menyekolahkan di sekolah yang ada di kampung tersbut. Selama masih Sekolah dasar (SD) kedua orang tuanya memberikan nasehat demi nasehat selalu, dan bahkan membarikan pengetahuan tentang bagaimana orang itu membuat kebun, Bagaimana orang itu membuat pagar setelah buat kebun, dan bagaimana orang itu bercocok tanam, dan juga bagaimana orang itu berburu dihutan agar mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan demi pengetahun mereka berdua dapatkan lagi dari tua-tua yang ada di kampung tersebut,sering kedua anak laki-laki tersebut itu membantu orangtua yang lanjut usia dalam hal ini mencarikan kayu bakar, timbahkan air minum dan membuat kebun untuk mereka bertanam umbi-umbian, sayur-sayuran dan kegiatan lainya yang mereka dua bisa lakukan untuk membatu orang.
Setelah mereka berdua selesai atau tamat dari sekolah dasar mereka berdua memilih untuk lanjut sekolah lagi ke tempat yang sangat jauh lagi dari kedua orang tuanya. Karena kedua laki-laki tersebut itu tidak memilik t4 tinggal untuk mereka berdua sehingga mereka berdua tinggal di bawah kolong jembatan untuk beberapa minggu pertamanya mereka berdua hidup bawah kolom jembatan pada suatu hari mereka berdua berniat untuk mendaftarkan diri mereka ke seolah yang dekat dengan tempat yang mereka tinggal.
Duwahe dan Duwahebi diterima di sekolah yang mereka daftar, setelah beberapa hari pertemauan belajar mengajar di sekolah mereka berdua mempunyai salah seorang teman yang bernama Mebahe, setelah berkenalan dengan Mebahe, Mebahe mengajak mereka Duwahe dan Duwahebi untuk tinggal di rumahnya Mebahei.
Orangtuanya Mebahebi menyambut Duwahe dan Duwahebi dengan sangat senang, sifat dari orang tuanya Ibu dan Bapa Mebahebi sangatlah ramah, penyayang, dan pengertian sehingga Orangtuanya mengangap kedua anak tersebut seperti anaknya sendiri.
Di suatu kampung kecil hiduplah seorang Ibu dan Bapa yang mempunyai dua anak laki-laki yang kembar, dan masing-masing bernama Duwahe dan Duwahebi, kedua anak tersebut itu kedua orang tuanya menyekolahkan di sekolah yang ada di kampung tersbut. Selama masih Sekolah dasar (SD) kedua orang tuanya memberikan nasehat demi nasehat selalu, dan bahkan membarikan pengetahuan tentang bagaimana orang itu membuat kebun, Bagaimana orang itu membuat pagar setelah buat kebun, dan bagaimana orang itu bercocok tanam, dan juga bagaimana orang itu berburu dihutan agar mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan demi pengetahun mereka berdua dapatkan lagi dari tua-tua yang ada di kampung tersebut,sering kedua anak laki-laki tersebut itu membantu orangtua yang lanjut usia dalam hal ini mencarikan kayu bakar, timbahkan air minum dan membuat kebun untuk mereka bertanam umbi-umbian, sayur-sayuran dan kegiatan lainya yang mereka dua bisa lakukan untuk membatu orang.
Setelah mereka berdua selesai atau tamat dari sekolah dasar mereka berdua memilih untuk lanjut sekolah lagi ke tempat yang sangat jauh lagi dari kedua orang tuanya. Karena kedua laki-laki tersebut itu tidak memilik t4 tinggal untuk mereka berdua sehingga mereka berdua tinggal di bawah kolong jembatan untuk beberapa minggu pertamanya mereka berdua hidup bawah kolom jembatan pada suatu hari mereka berdua berniat untuk mendaftarkan diri mereka ke seolah yang dekat dengan tempat yang mereka tinggal.
Duwahe dan Duwahebi diterima di sekolah yang mereka daftar, setelah beberapa hari pertemauan belajar mengajar di sekolah mereka berdua mempunyai salah seorang teman yang bernama Mebahe, setelah berkenalan dengan Mebahe, Mebahe mengajak mereka Duwahe dan Duwahebi untuk tinggal di rumahnya Mebahei.
Orangtuanya Mebahebi menyambut Duwahe dan Duwahebi dengan sangat senang, sifat dari orang tuanya Ibu dan Bapa Mebahebi sangatlah ramah, penyayang, dan pengertian sehingga Orangtuanya mengangap kedua anak tersebut seperti anaknya sendiri.
Kedua orangtunya He dan Bi sering mengirim uang untuk pembawaran uang sekolah kedua anaknya, jika He mendapatkan lima ratus ribu Bi juga mendapatkan uang yang nilainya sama juga. Jadi kedua anak tersebut tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang cara orang tuanya mereka memperhatikan kedua anaknya sama.
Mereka selesaikan Sekolah Menengah Atas juga di rumahnya Mebahe dengan baik dan rengking mereka juga sanggat baik. Kina tiba saatnya mereka ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi lagi ke Perguruan Tinggi yang terletak di Negeri mereka.
Setalah mereka daftarkan diri mereka di kampus tersebut itu mereka sibuk dengan perkuliahan mereka berdua masing-masingnya hingga waktu mereka bersama hanya beberapa jam saja. Ketika Mebahe dan Mebahebi mendapatkan kiriman uang dari Orang tuanya Mebahe setelah mengisi uang SPP dan lainya sebagainya sisa uang di menggunakan untuk membali buku sesuai dengan Jurusan yang ia tekuni dan menyelesaikan banyak waktu untuk belajar dirumah, dan gabung-gabung dengan kelompok-kelompok belajar yang lain di intra kampuns maupun extra kampus.
Dan Mebahebi ia setelah mengisi uang SPP dan tunggakan lainnya sisa uangnya ia hanya menggunakan untuk jalan-jalan bersama teman-temanya, nongkrong di tempat keramaian dan lebih banyak uang dia habiskan untuk hidup berfoya-foya ia tidak mengingagat apa tujuan dia bersekolah di tempat yang jau dari orang tuanya.
Semua yang mereka jalani di kota studi mereka itu baik dan lancer, setelah tiga tahun kemudian Mebahe memberikan undangan kepada saudarahnya Mebahebi ketika ia membuka undangan tersebut dan setelah membacanya ia kaget isi undangan tersebut karena ternyata isi undangan tersebut adalah undangan WISUDAWAN/WISUDAWATI untuk orang tua/wali namun ia memberikannya kepada saudara kembarnya.
Setelah He mengikuti acara pemindahan Tali Kucir atau acara WISUDAWAN/WISUDAWATI saudara ketika pembacaan nama wisudwan terbaik dibacakan pula nama saudara kembarnya dengan predikat dengan pujian dan setelah itu Bi menyadari bahwa kegiatan-kegiatan rutinitas yang ia lakukan selama kuliah hanya menghabiskan waktu untuk belajar, dan banyak uang yang dikuras habis olehnya.
Dan singkat cerita saudaranya juga menyusul selesai pada tahun berikutnya karena dengan melihat saudarahnya yang sukses dengan cepat yang predikatnya dengan pujian itu.
PERHATIAN : Cerita ini hanyalah certia fiksi atau hanya cerita hayalan dari saya.
PERHATIAN : Karena menurut saya mau selesai Kuliah dengan cepat dan tidaknya kembali kepada kita untuk memulai proses perkuliahan, dan yang paling penting Semester satu sampai dengan semester tiga itu menentukan kamu untuk selesai dengan cepat dan dengan predikat dengan Pujian.
PERHATIAN : Cerita ini hanyalah certia fiksi atau hanya cerita hayalan dari saya.
PERHATIAN : Karena menurut saya mau selesai Kuliah dengan cepat dan tidaknya kembali kepada kita untuk memulai proses perkuliahan, dan yang paling penting Semester satu sampai dengan semester tiga itu menentukan kamu untuk selesai dengan cepat dan dengan predikat dengan Pujian.
0 Post a Comment:
Post a Comment