SANTO FRANSISKUS DAN SULTAN MESIR: TESTIMONI ABAD KE-13

SANTO FRANSISKUS DAN SULTAN MESIR: TESTIMONI ABAD KE-13
Minister Jendral (S. Bonaventura) mengatakan kepada kami: Ini adalah beberapa anekdot yang diceritakan oleh Saudara Illuminato kepada kami, saudara itu adalah yang menemani Santo Fransiskus pada waktu mengunjungi sultan Mesir.
Pada suatu hari sultan ingin menguji iman dan semangat-penuh-gairah  Santo Fransiskus yang ditunjukkannya kepada Tuhan yang tersalib. Sultan memiliki karpet yang indah dan berwarna-warni dan dia pun menyuruh orang untuk menghamparkan karpet itu di atas lantai. Karpet itu hampir seluruhnya didekorasi dengan motif-motif dalam bentuk salib. Sultan berkata kepada orang-orang yang hadir: “Jemputlah orang itu yang kelihatannya seorang Kristiani sejati. Apabila ketika berjalan menuju kepadaku dia berjalan di atas karpet yang penuh dengan gambar salib ini, kita akan mengatakan kepadanya bahwa dia menghina Tuhannya. Sebaliknya apabila dia menolak berjalan di atas karpet, maka aku akan bertanya mengapa dia  menghina karena tidak mau mendekat kepadaku.” Lalu manusia yang dipenuhi Allah itu dipanggil. Orang ini menerima instruksi untuk tindakan-tindakan yang diambilnya dan juga kata-kata yang diucapkannya dari Allah sendiri: dia berjalan di atas karpet mendekati sultan. Sultan berpikir bahwa inilah kesempatan baginya untuk ‘menyerang’ hamba Allah itu dengan menghinanya. Sultan berkata kepada Fransiskus: “Kamu orang-orang Kristiani menyembah salib sebagai sebuah tanda istimewa Allahmu; kalau begitu, mengapa kamu berani-beraninya menginjak-injak salib-salib yang ditenun dalam karpet itu? Fransiskus menjawab pertanyaan sultan begini: “pencuri-pencuri (penjahat-penjahat) juga disalibkan bersama Tuhan kami. Kami memiliki salib sejati dari Tuhan dan Juruselamat kami Yesus Kristus; kami menyembahnya dan menunjukkan sembah bakti kami yang besar kepada salib itu. Kalau salib suci Tuhan  telah diberikan kepada kami, maka salib penjahat-penjahat itu telah ditinggalkan sebagai bagian anda. Itulah sebabnya mengapa saya tidak merasa bersalah samasekali menginjak-injak lambang-lambang para penjahat itu.
Sultan yang sama memberikan persoalan berikut ini kepada Fransiskus untuk dipecahkan: “Tuhanmu mengajarkan dalam Injil-Injilnya bahwa kejahatan tidak boleh dibalas dengan kejahatan; dan engkau harus menyerahkan jubahmu juga kalau ada orang yang menginginkan bajumu, dst. (Mt 5:39-40 dsj.). Dalam hal itu, maka orang-orang Kristiani tidak diperkenankan menyerbu dan menduduki tanah kami, kan?” Santo Fransiskus menjawab: “Kelihatannya Pak sultan belum membaca Injil Tuhan kami Yesus Kristus dengan lengkap. Di bagian lain Injil kita membaca: Jika matamu yang kanan menyebabkan engkau berdosa, cungkillah dan buanglah itu (Mat 5:29). Di sini dia ingin mengajar kepada kita bahwa setiap manusia, bagaimana pun dia sangat berharga dan dia dekat kepada kita,  dan bahkan kalau dia begitu berharga bagi kita bagaikan biji mata, haruslah dicungkil dan dibuang, jika dia berupaya untuk membuat kita menyimpang dari iman dan cintakasih kepada Allah kita. Oleh karena itu adillah bagi orang-orang Kristiani untuk menyerbu dan menduduki tanah yang anda diami, karena anda menghujat nama Kristus dan  sedapat mungkin mengasingkan setiap orang dari sembah-bakti kepada-Nya. Namun, apabila Pak Sultan mau mengenal dan menerima, mengakui, dan menyembah sang Pencipta dan Penebus, maka orang-orang Kristiani akan mengasihi Pak Sultan sebagai diri mereka sendiri ……”  Semua yang hadir kagum mendengar jawaban Santo Fransiskus.
Sumber: Paul Oligny OFM (traslator), THIRTEEN-CENTURY TESTIMONIES, dalam Marion A. Habig, ST. FRANCIS OF ASSISI – WRITINGS AND EARLY BIOGRAPHIES – English Omnibus of the Sources for the Life of St. Francis, Quincy, Illinois: Franciscan Press, Quincy College, 1991, hal. 1597-1617, khususnya no. 13, hal. 1614-1615). 
[translated from T. Desmonnets & D. Vorreux OFM (editors), Saint François D’Assise: Documents, Écrits et Premières Biographies (Paris, 1968), hal. 1433-1451] 
Cilandak, 15 Oktober 2010 [Peringatan Santa Teresa dari Avila, Perawan & Pujangga Gereja] 
Terjemahan bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

TIGA PESAN AKHIR FRANSISKUS KEPADA PARA SAUDARA

TIGA PESAN AKHIR FRANSISKUS KEPADA PARA SAUDARA 
Sekali peristiwa Fransiskus ingin mau muntah karena penyakit perutnya. Begitu hebat dan keras muntahnya itu, sehingga darah terus keluar sepanjang malam sampai pagi harinya. Ketika para saudara yang menemaninya melihat dia hampir mati dari rasa lelah dan sakit yang ekstrim, mereka berkata kepadanya dengan rasa sedih sekali sambil berlinang-linang airmata, ‘Bapak, apa yang akan kami lakukan tanpa engkau? Ke bawah asuhan siapakah kami engkau akan serahkan sebagai anak-anak yatim? Engkau selalu merupakan ayah dan ibu kami sekaligus; engkau telah mengandung kami dan membawa kami maju dalam Kristus. Engkau adalah pemimpin dan gembala bagi kami, instruktur  dan korektor, mengajar dan mengoreksi kami lewat teladan hidupmu, bukannya kata-katamu. Kemana kami harus pergi, domba-domba tanpa seorang gembala, anak-anak tanpa seorang ayah, orang-orang kasar dan sederhana tanpa seorang pemimpin? Ke mana kiranya kami harus pergi untuk menemukanmu, O Kemuliaan Kemiskinan, Pujian Kesederhanaan, yang suka mengingatkan kami akan sifat kedosaan kami? Siapakah sekarang yang akan menunjukkan jalan kebenaran kepada kami, orang-orang buta ini? Bagaimana kami akan mendengar mulutmu berbicara kepada kami, dan lidahmu memberikan nasihat kepada kami? Di manakah kami akan menemukan semangatmu yang berkobar-kobar, yang membimbing kami sepanjang jalan Salib, dan menginspirasikan kami kepada kesempurnaan Injili? Di manakah engkau akan berada sehingga kami dapat datang berlari kepadamu, untuk membuat terang mata kami? Ke manakah kami harus mencari engkau, penghibur jiwa kami? O Bapak, apakah engkau sedang meregang nyawa? Engkau meninggalkan kami terbuang, sedih dan penuh keputus-asaan!
‘Aduh sedihnya hari ini! Karena ini adalah suatu hari penuh airmata dan kepahitan, suatu hari desolasi dan kesedihan sedang menimpa diri kami! Tidak mengherankanlah, karena selama ini hidupmu merupakan terang yang secara tetap menyinari kami, dan kata-katamu yang seperti obor-obor menyala, selalu menerangi kami sepanjang jalan Salib kami kepada kesempurnaan Injili, dan kepada cintakasih serta meneladani Tuhan kita yang manis dan tersalib.
‘Bapak, paling sedikit berikanlah berkatmu kepada kami dan kepada saudara-saudara yang lain, putera-puteramu yang telah kau peranakkan dalam Kristus, dan meninggalkan kenangan akan kehendakmu yang akan selalu dapat diingat oleh para saudara, sehingga berkata, “Bapak kita mewariskan kata-kata ini kepada para saudaranya dan putera-puteranya pada saat ajalnya.”’
Kemudian Bapak yang tercinta memandang putera-puteranya dan berkata, ‘Panggillah Saudara Benediktus dari Piratro untuk datang kepadaku.’  Saudara ini adalah seorang imam yang suci dan bijaksana,  yang kadang-kadang merayakan Misa untuk Santo Fransikus pada saat terbaring sakit; karena betapa berat sekali pun sakitnya, dia selalu ingin mendengar Misa apabila dimungkinkan. Setelah Saudara Benediktus datang, Santo Fransiskus berkata kepadanya, ‘Tuliskanlah bahwa aku memberi berkatku kepada semua saudaraku dalam Ordo, dan kepada semua yang akan masuk Ordo ini sampai akhir dunia. Dan karena aku tidak dapat berbicara banyak disebabkan oleh kelemahanku dan rasa sakit dari penyakitku, aku ingin secara singkat membuat kehendak dan tujuanku jelas bagi semua saudara, baik yang ada sekarang maupun yang akan datang di kemudian hari. Sebagai sebuah tanda bahwa mereka mengingat aku, berkatku dan Wasiatku, aku ingin mereka untuk selalu mengasihi satu sama lain, sebagaimana aku telah mengasihi mereka. Hendaklah mereka selalu mengasihi dan menghormati Tuan Puteri Kemiskinan kita, dan tetap setia serta taat kepada para uskup dan klerus dari Bunda Gereja yang kudus.’
Pada setiap penutupan kapitel, Bapa kita selalu memberkati dan mengampuni semua saudara dalam Ordo, baik yang ada pada masa itu maupun yang akan datang, dan dengan semangat penuh gairah kasihnya dia sering melakukan hal itu di luar kapitel. Namun dia biasa mengingatkan para saudara bahwa mereka harus waspada jangan sampai memberi contoh buruk, dan dia mengutuk semua yang karena contoh buruk mereka menyebabkan orang-orang berbicara buruk tentang Ordo dan kehidupan para saudara, karena para saudara yang baik dan suci menjadi dipermalukan dan berada dalam kesukaran besar disebabkan oleh perilaku sedemikian. 
Sumber: Speculum Perfectionis seu S. Francisci Assisiensis legenda antiquissima auctore fratre Leone nunc primum eidit Paul Sabatier. English version: Mirror of Perfection by Leo Sherley-Price, dalam OMNIBUS, butir 87, hal. 1220-1221. 
Cilandak, 9 Oktober 2010  
Terjemahan bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS


KEBUN ANGGUR SEORANG IMAM LUDAS BUAH-BUAH ANGGURNYA GARA-GARA FRANSISKUS

KEBUN ANGGUR SEORANG IMAM LUDAS BUAH-BUAH ANGGURNYA GARA-GARA FRANSISKUS 
Karena sakit matanya Santo Fransiskus pernah untuk beberapa lama berdiam bersama seorang imam miskin di gereja Santo Fabianus yang terletak di dekat Rieti. Pada suatu hari Paus Honorius beserta para pejabat pembantunya mengunjungi kota itu. Karena Sri Paus dan rombongannya sangat menghormati Fransiskus, maka beliau dan banyak kardinal dan para pejabat tinggi Gereja itu datang mengunjungi Fransiskus hampir setiap hari.
Gereja ini mempunyai sebuah kebun anggur yang kecil yang terletak bersebelahan dengan ruangan di mana Fransiskus tinggal. Hampir semua orang yang mengunjunginya melewati kebun anggur dalam jalan menuju pintu rumah di mana Fransiskus berdiam. Pada waktu kunjungan para penggede Gereja dari Roma itu, secara kebetulan buah-buah anggur di kebun itu sudah mulai masak … manis rasanya. Tanpa menunggu lama-lama pohon-pohon anggur di kebun itu sudah kehilangan buah anggur. Tak tersisa sedikit pun! Tidak mengherankanlah kalau sang imam menjadi kesal dan marah. Ia berkata, “Walaupun kebun anggur ini kebun yang kecil, aku biasanya masih mampu membuat air-anggur yang cukup untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, akan tetapi tahun ini aku telah kehilangan seluruh tuaian.
Ketika Santo Fransiskus mendengar keluhan sang imam, maka dia minta agar imam itu datang melihatnya, lalu orang kudus ini berkata: “Romo, tidak usah khawatir lagi karena kita tidak dapat melakukan apa pun tentang hal itu sekarang. Namun demikian percayalah kepada Tuhan, karena Dia mampu memperbaiki kerugian Romo sepenuhnya demi aku, hamba-Nya yang kecil ini. Ceritakanlah kepadaku, berapa banyak  ‘takaran’  air-anggur yang Romo dapat peroleh pada waktu kebun anggur Romo menghasilkan yang terbaik? “Tiga bela ‘takaran’, Bapak,” jawab sang imam. Lalu Santo Fransiskus berkata kepada sang imam, “Jangan menyesal lagi, ya Romo. Dan jangan lagi mengucapkan kata-kata keras mengenai hal ini. Percayalah kepada Allah dan kata-kataku, dan apabila Romo memperoleh jumlah yang lebih kecil dari dua puluh ‘takaran’ air-anggur, maka aku akan menambahnya.”  Maka imam itu menutup mulutnya dan dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ketika waktu untuk memetik buah anggur secara tahunan tiba, imam itu berhasil memperoleh buah anggur yang menghasilkan tidak kurang dari dua puluh ‘takaran’ air-anggur. Imam itu menjadi kaget serta terkagum-kagum dan juga orang-orang yang mendengar tentang mukjizat itu. Imam itu mengatakan, bahwa meskipun kebun anggurnya itu dipenuhi dengan buah anggur, hal itu tidak tetap tidak dapat menghasilkan dua puluh ‘takaran’ air-anggur.
Namun kami yang bersama dengan dia (Fransiskus) bersama ini memberi kesaksian bahwa apa yang dikatakannya tentang ini, dan semua saja yang diramalkannya selalu dipenuhi dengan tepat. 
Sumber: Speculum Perfectionis seu S. Francisci Assisiensis legenda antiquissima auctore fratre Leone nunc primum eidit Paul Sabatier. English version: Mirror of Perfection by Leo Sherley-Price, dalam OMNIBUS, butir 104, hal. 1241-1242. 
Cilandak, 8 Oktober 2010  
Terjemahan bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS


KISAH-KISAH DARI MARITIMMA SAMPAI KE KEUSKUPAN SABINO

KISAH-KISAH DARI MARITIMMA SAMPAI KE KEUSKUPAN SABINO
(Tiga kisah tentang mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus setelah kematiannya)  
KESEMBUHAN SEORANG PEREMPUAN DARI MARITTIMA DAN YANG LAIN-LAIN 
Seorang perempuan dari Marittima sudah menderita sakit mental selama lima tahun, dan dia pun telah menjadi buta-tuli. Perempuan itu biasa merobek-robek pakaiannya dengan menggunakan giginya dan tidak merasa takut sedikit pun terhadap api atau air. Dia juga menderita epilepsi (ayan). Kemudian Allah merasa iba melihat dia. Pada suatu malam perempuan itu secara ajaib dicerahkan dengan terang-Nya yang menyelamatkan dan dia melihat Santo Fransiskus sedang duduk di atas takhta yang tinggi. Perempuan itu bersimpuh di depannya dan meminta-minta kepada Santo Fransiskus agar dia disembuhkan. Karena Fransiskus tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengabulkan permohonannya, maka perempuan itu mengucapkan sebuah janji. Dia berjanji bahwa sepanjang kemampuannya, dia tidak akan pernah menolak memberikan sedekah/derma kepada siapa saja yang mohon kepadanya demi kasih Allah atau orang kudusnya. Santo Fransiskus langsung teringat akan perjanjian yang dahulu sekali dibuatnya dengan Allah, lalu dia pun memberkati perempuan itu dengan tanda salib, hal mana lalu memulihkan kesehatan perempuan itu menjadi sempurna.
Juga dinyatakan bahwa seorang gadis dari Norcia, juga putera dari seorang bangsawan dan sejumlah orang lain telah dibebaskan oleh orang kudus ini dari penderitaan sakit yang serupa [LegMaj, Some of the Miracles VIII:3, Omnibus, hal. 777; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 674]. 
PENYEMBUHAN-PENYEMBUHAN ORANG KUSTA 
Ada seorang kusta bernama Buonuomo dari kota Fano yang menderita lumpuh. Dia dibawa ke gereja Santo Fransiskus oleh kedua orangtuanya dan kemudian disembuhkan secara total-lengkap, baik dari penyakit kusta  yang dideritanya maupun dari kelumpuhannya.
Seorang muda bernama Atto dari San Severino yang tubuhnya dipenuhi dengan penyakit kusta disembuhkan lewat pengantaraan Santo Fransiskus, ketika dia mengucapkan sebuah janji dan dirinya sendiri pun dibawa ke makam orang kudus ini.
Orang kudus ini (Santo Fransiskus) unggul dalam menyembuhkan penyakit kusta karena dalam cintakasihnya akan kedinaan dan kebaikan-hati dia telah mengabdikan dirinya untuk pelayanan kepada orang-orang kusta [LegMaj, Some of the Miracles VIII:5, Omnibus, hal. 778; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 675]. 
NENEK UMUR DELAPAN PULUH TAHUN MENYUSUI CUCUNYA 
Di keuskupan Sabino hidup seorang perempuan yang sudah berumur 80 tahun. Puterinya baru meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak bayi yang belum disapih, artinya masih mengandalkan ‘asi’. Perempuan tua yang miskin-melarat itu juga tidak dapat menyusui dan tidak ada seorang pun perempuan lain yang dapat memberikan air susu kepada bayi itu, meski satu-dua tetes saja. Dia tidak tahu ke mana dia harus minta tolong. Si bayi menjadi semakin lemah saja dan pada suatu malam perempuan tua yang malang itu berpaling kepada Santo Fransiskus dan mohon pertolongannya. Selagi dia berdoa dengan bercucuran air mata, Santo Fransiskus datang kepadanya dalam cintakasihnya kepada anak-anak yang tidak bersalah, dan berkata kepada perempuan itu: “Saya Fransiskus yang telah engkau panggil dengan cucuran air mata. Berikanlah kepada bayi itu buah dadamu dan Allah akan memberikan kepadamu air susu secara berlimpah.” Kabar tentang anugerah penuh keajaiban yang dialami nenek tua ini menyebar ke setiap orang dan orang banyak berdatangan untuk menyaksikannya sendiri. Mereka tidak dapat menyangkal bukti yang mereka lihat dengan mata sendiri. Oleh karena itu mereka digerakkan untuk memuji-muji Allah dalam kuasa mukjizat dan kebaikan hati penuh kasih orang kudus-Nya [LegMaj, Some of the Miracles X:4, Omnibus, hal. 783-784; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 679-680]. 
Cilandak, 5 Mei 2010  
Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KISAH SEORANG KSATRIA DI BORGO SAN SEPOLCRO, SEORANG ANAK LAKI-LAKI DI POFI DAN SEORANG PEREMPUAN DI ROMA

KISAH SEORANG KSATRIA DI BORGO SAN SEPOLCRO, SEORANG ANAK LAKI-LAKI  DI POFI DAN SEORANG PEREMPUAN DI ROMA
(Tiga dari mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus setelah kematiannya) 
SEORANG KSATRIA DARI BORGO SAN SEPOLCRO MATI TERKUTUK KARENA DOSA-DOSANYA 
Di Borgo San Sepolcro di Provinsi Massa Trabaria, hiduplah seorang ksatria. Dia selalu menganggap remeh mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus; dia menghina para peziarah yang mengunjungi makam Santo Fransiskus. Dia pun mengumpat-ngumpat serta menghujat para saudara dina, dan mempermalukan mereka di depan umum. Sekali peristiwa, ketika dia menyerang kemasyhuran orang kudus ini, lagi-lagi dia mengucapkan kata-kata hujat. Katanya, “Kalau benar Santo Fransiskus itu seorang kudus, biarlah saya mati dengan pedangku hari ini. Kalau tidak benar, maka aku dapat pergi dengan selamat.”  Kali ini kemurkaan Allah datang tanpa tertunda-tunda lagi, untuk menjatuhkan hukuman yang pantas diterima oleh si ksatria keblinger ini, karena doa-doanya pun mengandung dosa. Pada hari itu juga ksatria itu mati, seorang budak Iblis dan anak kegelapan. Semua itu terjadi agar orang belajar menghormati serta memuji-muji mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus dengan penuh kesalehan, bukan malah menghujatnya [LegMaj, Some of the Miracles IX:3, Omnibus, hal. 781; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 677]. 
SEORANG ANAK LAKI-LAKI DI POFI, CAMPANIA DISEMBUHKAN DARI KEBUTAAN 
Seorang anak laki-laki berumur 14 tahun dari Pofi di Campania secara tiba-tiba diserang suatu penyakit tertentu yang mengakibatkan kebutaan total pada mata sebelah kirinya. Rasa sakit yang luarbiasa memaksa bola mata keluar dari kelopaknya, sehingga bergantung dengan urat syaraf sepanjang jari telunjuk dekat pipi si anak. Hal ini berlangsung selama satu minggu penuh dan kemudian menjadi kering. Satu-satunya cara untuk menghentikan penderitaan ini adalah dengan memutuskan atau memotong urat syaraf tadi. Para dokter pun sudah tidak mempunyai harapan lagi. Kemudian ayah anak itu dengan sepenuh hati mohon pertolongan dari Santo Fransiskus. Santo Fransiskus tidak pernah lelah menolong mereka yang berada dalam kesusahan dan dia juga dengan cepat datang menolong. Orang kudus ini memulihkan mata anak itu kembali ke posisi yang semestinya dan kesehatan anak itu pun pulih kembali. Anak itu pun dapat melihat dengan baik lagi [LegMaj, Some of the Miracles VII:3, Omnibus, hal. 773; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 671-672]. 
SEORANG PEREMPUAN MENGALAMI MUKJIZAT DI ROMA 
Ketika Uskup Ostia, yang belakangan menjadi Paus Aleksander IV, sedang berkhotbah di hadapan Curia Roma dalam Gereja Santo Fransiskus, sebuah batu besar yang tertinggal di bagian atas karena kecerobohan para pekerja bangunan, secara tiba-tiba jatuh sendiri, lalu mengenai seorang perempuan di atas kepalanya. Mereka yang hadir di situ yakin bahwa kepala perempuan itu hancur dan dia pasti sudah langsung mati. Oleh karena itu mereka membawa ‘mayat’ perempuan itu dan menutupinya dengan mantolnya. Maksudnya untuk membawa dia keluar untuk dikuburkan, apabila khotbah selesai. Akan tetapi dia diletakkan di depan altar Santo Fransiskus dan dengan penuh keyakinan dia menyerahkan dirinya kepada Santo Fransiskus. Pada saat khotbah selesai perempuan itu berdiri seperti normal-normal saja. Dia berseru di depan mereka semua yang hadir dan pada tubuhnya tidak kelihatan tanda luka sedikit pun. Bertahun-tahun lamanya dia telah menderita sakit kepala yang hampir terus-menerus setiap hari, namun sejak saat itu dia bebas-total dari sakit kepala itu. Ini adalah kesaksiannya sendiri [LegMaj, Some of the Miracles III:4, Omnibus, hal. 759-760; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 660-661].
 Cilandak, 27 April 2010
Terjemahan bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 
Sumber: S. Bonaventura, LegMaj (terjemahan bahasa Inggris dalam Omnibus), Major Life [Part II] SOME OF THE MIRACLES WHICH TOOK PLACE AFTER ST. FRANCES’ DEATH, Omnibus. Terdapat juga dalam Regis Amstrong OFMCap., J.A. Wayne Hellmann OFMConv. & William J. Short OFM (Editors), Francis of Assisi: Early Documents Volume II – The Founder, New York, NY: New City Press.

MUKJIZAT DI MONTE MARANO, POMARICO DAN NOCERA UMBRIA

MUKJIZAT DI MONTE MARANO, POMARICO DAN NOCERA UMBRA
(Tiga dari mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus setelah kematiannya) 
SEORANG PEREMPUAN YANG SUDAH MATI DIHIDUPKAN KEMBALI DI MONTE MARANO 
Di Monte Marano dekat Benevento, seorang perempuan meninggal dunia. Secara khusus, perempuan ini mempunyai devosi kepada Santo Fransiskus dari Assisi. Pada malam itu sejumlah imam datang untuk merayakan upacara pemakaman dan mendoakan ibadat untuk orang mati. Di tempat itu, di depan orang banyak, tiba-tiba dia bangkit-duduk di atas tempat tidurnya dan memanggil salah seorang imam yang adalah pamannya sendiri. “Aku ingin mengaku dosa, Bapa,” dia berkata kepada imam itu. “Dengarlah dosaku. Aku mati dan aku dihukum masuk ke dalam sebuah penjara kejam karena aku tidak pernah mengakukan dosa itu, yang sekarang akan kuungkapkan kepadamu. Akan tetapi Santo Fransiskus berdoa untukku karena aku selalu melayani dia dengan penuh pengabdian pada waktu aku masih hidup, maka aku diperkenankan kembali ke dalam tubuhku. Apabila aku telah mengakukan dosa ini, aku pun akan menikmati kehidupan kekal. Pada saat aku mengungkapkannya, engkau akan melihat bahwa aku akan pergi ke tempat yang telah dijanjikan.” Kemudian perempuan itu mengakukan dosanya dipenuhi rasa takut kepada imam yang juga merasa ngeri itu, dan dia pun menerima absolusi. Setelah selesai pengakuan dosanya, perempuan itu berbaring lagi dengan baik di tempat tidurnya, lalu wafat dengan bahagia [LegMaj, Some of the Miracles II:1, Omnibus, hal. 753; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 655-656].
SEORANG ANAK PEREMPUAN YANG TELAH MATI DIHIDUPKAN KEMBALI DI POMARICO 
Di Pomarico yang terletak di pegunungan Apulia hiduplah seorang ibu dan ayah yang mempunyai seorang anak perempuan yang masih sangat muda usia. Suami istri ini sangat mengasihi anak perempuan mereka ini. Pada suatu ketika anak perempuan itu menderita sakit yang serius dan kemudian meninggal dunia. Kedua orangtuanya – yang tidak mempunyai harapan untuk memperoleh seorang anak lagi – berpikir bahwa mereka akan mati bersama anak perempuan mereka ini. Teman-teman dan para sanak keluarga berkumpul untuk penguburan tragis ini, namun sang ibu hanya berbaring di sana, penuh kesedihan dan tidak tahu harus berbuat apa-apa. Lalu Santo Fransiskus datang mengunjungi perempuan yang tertimpa kesedihan sangat itu. Fransiskus ditemani oleh seorang Saudara Dina. Fransiskus mengetahui bahwa ibu itu sangat berdevosi kepada dirinya, dan dengan lembah lembut dia berbicara kepada ibu itu. Dia berkata, “Jangan menangis sedih,” katanya. “Terang hidupmu yang untuknya engkau berduka-sangat akan dipulihkan kembali kepadamu oleh/lewat pengantaranku.” Perempuan itu langsung bangkit berdiri dan mengatakan kepada orang-orang yang hadir di sana apa yang dikatakan orang kudus itu. Perempuan itu tidak memperkenankan jenazah anak perempuannya itu dipindahkan. Dan dia pun mulai menghaturkan permohonan dengan menyebut nama Santo Fransiskus dengan penuh iman sambil memegang anak perempuannya yang telah mati itu. Orang-orang pun begitu takjub ketika anak perempuan itu bangkit, hidup kembali dalam keadaan sehat-sehat. [LegMaj, Some of the Miracles II:2, Omnibus, hal. 753-754; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 656].
SEKALI PERISTIWA DI NOCERA UMBRA 
Para Saudara Dina di Nocera (Umbra) datang kepada seorang laki-laki yang bernama Petrus untuk meminjam sebuah gerobak yang mereka perlukan sebentar, namun orang itu menolak permintaan  itu  secara tidak bijaksana. Dia menghina para saudara dina itu serta menghujat nama Santo Fransiskus, karena mereka juga telah mohon derma kepada orang itu atas nama Santo Fransiskus. Akan tetapi kemudian langsung dia menyesali ketololannya karena dia merasa takut kepada Allah, suatu rasa takut bahwa pembalasan dari Allah akan menyusul, dan benar saja hal itu terjadi tidak lama kemudian. Anak laki-lakinya yang sulung tiba-tiba jatuh sakit dan tidak lama kemudian mati. Sang ayah yang tidak bahagia itu kemudian menggelepar-gelepar di lantai sambil terus memanggil-manggil nama Santo Fransiskus. Dengan berlinangan air mata, dia berteriak, “Akulah yang telah berdosa; aku telah mengucapkan kata-kata jahat; seharusnya engkau menghukumku secara pribadi. Oh Santo yang  baik, kembalikanlah kepadaku dia yang kauambil dari aku si penghujat jahat ini, karena sekarang aku telah bertobat. Aku menyerahkan diriku kepadamu; aku berjanji kepadamu untuk memberikan pelayanan kepadamu secara tak berkesudahan, dan akan selalu mempersembahkan kepada Kristus suatu kurban pujian yang saleh untuk kehormatan namamu.”  Sungguh menakjubkan! Ketika kata-kata ini selesai diucapkan, anak laki-laki itu bangkit, dan berseru kepada ayahnya agar menghentikan tangisnya yang memilukan. Dia mengatakan kepada sang ayah, bahwa ketika dia sedang meregang nyawa, dia dipimpin oleh Santo Fransiskus dan orang kudus ini pula yang kemudian membawa dia kembali [LegMaj, Some of the Miracles II:3, Omnibus, hal. 754; bdk. Early Documents Volume II-The Founder, hal. 656-657].
Cilandak, 25 April 2010
Terjemahan bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS 
Sumber: S. Bonaventura, LegMaj (terjemahan bahasa Inggris dalam Omnibus), Major Life [Part II] SOME OF THE MIRACLES WHICH TOOK PLACE AFTER ST. FRANCES’ DEATH, Omnibus. Terdapat juga dalam Regis Amstrong OFMCap., J.A. Wayne Hellmann OFMConv. & William J. Short OFM (Editors), Francis of Assisi: Early Documents – Volume II The Founder, New York, NY: New City Press.

YOHANES DARI LERIDA DISEMBUHKAN

YOHANES DARI LERIDA DISEMBUHKAN:
(Satu dari mukjizat-mukjizat Santo Fransiskus setelah kematiannya) 
Di Lerida, Catalonia (Spanyol) hidup seorang laki-laki yang bernama Yohanes. Ia menghayati devosi kepada Santo Fransiskus secara mendalam. Pada suatu malam hari, ketika dia sedang berjalan tiba-tiba dirinya diserang dan dikeroyok oleh beberapa orang tak dikenal. Ini adalah sebuah serangan yang tidak meragukan lagi dimaksudkan untuk membunuh si Yohanes, padahal selama itu dia tidak mempunyai musuh. Ternyata kemudian diketahui bahwa serangan itu memang bukan dimaksudkan untuk membunuh Yohanes, melainkan seorang kawannya yang memang sangat mirip dengan dirinya. Salah seorang penyerangnya menghantam serta menusuk-nusuk Yohanes yang malang ini dengan pedangnya begitu hebatnya sehingga sekujur tubuh Yohanes tidak lagi mempunyai harapan untuk dapat disembuhkan dari luka-luka yang sedemikian parah. Punggung dan dadanya sudah luka habis-habisan dan nafasnya pun menjadi tak keruan.
Para dokter sudah yakin bahwa Yohanes tidak dapat disembuhkan. Luka-luka  di tubuhnya sudah membusuk dan bernanah serta menyebarkan bau yang tidak sedap. Istrinya pun sudah hampir tidak sanggup lagi menghadapi situasi seperti ini. Tidak ada lagi manusia hidup yang dapat menyembuhkan atau membantu menyembuhkan si Yohanes ini. Pada saat-saat kritis seperti itu, alhamdulillah Yohanes masih ingat kepada Santo Fransiskus. Maka dia memohon terus pengantaraan Santo Fransiskus sekuat daya tahan tubuh yang dimilikinya pada waktu itu. Kabarnya, meskipun pada waktu diserang oleh gerombolan penyerang gelap itu, Yohanes menyerahkan sepenuhnya apa yang terjadi atas dirinya kepada Santo Fransiskus dan Santa Perawan Maria.
Selagi dia berbaring sendirian di atas ranjangnya dengan rasa sakit luarbiasa, Yohanes dengan kesadaran penuh secara berulang-ulang menyebut nama Fransiskus (Francisco, Francisco ……) … terus-menerus, tiba-tiba muncullah seorang laki-laki yang memakai jubah saudara-dina masuk ke dalam ruangan itu lewat jendela, kemudian dia berdiri disamping Yohanes, seturut penuturan Yohanes sendiri. Orang itu ternyata mengenal Yohanes dan dia menyapa orang malang itu dengan nama. Orang itu berkata: “Engkau mempunyai keyakinan kepadaku, oleh karena itu Allah akan menyelamatkan engkau.” Ketika Yohanes yang sudah sekarat bertanya kepada ‘orang asing’ itu siapakah gerangan dirinya, maka dia menjawab dia adalah Santo Fransiskus. Orang itu langsung membuka perban-perban yang menutupi luka-luka Yohanes, kemudian mengurapi semua luka-luka dengan minyak. Begitu Yohanes merasakan sentuhan tangan-tangan suci yang memperoleh kuasa penyembuhan dari stigmata Juruselamat kita, maka daging/badannya pun diperbaharui. Nanah menghilang dan luka-lukanya menutup dan kesehatannya pun pulih sepenuhnya. Lalu orang kudus itu pun lenyap tanpa bekas.
Sadar bahwa dirinya telah disembuhkan, Yohanes berteriak memanggil istrinya, kemudian berseru memuji-muji Allah dan Santo Fransiskus dengan penuh sukacita.  Mendengar teriakan Yohanes, istrinya berlari-lari menuju kamar. Istrinya berpikir bahwa riwayat Yohanes akan tamat dan akan dikubur pada keesokan harinya. Oleh karena itu ketika dia  melihat suaminya sudah bisa berdiri dan sedang berseru-seru memuji-muji Allah dan Santo Fransiskus, maka dia pun menjadi kaget setengah mati. Lalu sang istri berteriak sekeras-kerasnya sehingga mengagetkan para tetangga. Ketika anggota-anggota keluarganya yang lain sudah tiba di rumah Yohanes, mereka berusaha agar Yohanes kembali ke tempat tidurnya karena mereka pikir orang ini sudah menjadi gila. Yohanes tidak mau menuruti mereka dan dia mencoba menunjukkan bahwa luka-lukanya telah sembuh semua. Melihat itu, mereka juga menjadi kaget dan terkesima, merasakan diri mereka seakan-akan sedang berada dalam alam khayalan. Baru beberapa jam sebelumnya mereka melihat si Yohanes sudah seperti mayat hidup dan sekarang ……? Yohanes berkata kepada mereka: “Janganlah takut. Jangan berpikir bahwa anda sekalian sedang berada dalam alam khayalan. Santo Fransiskus baru saja meninggalkan aku beberapa saat lalu. Dialah yang menyembuhkan semua luka-lukaku dengan sentuhan tangan-tangannya yang suci.” Kabar tentang mukjizat itu pun tersebar luas dengan cepat. Seluruh penduduk datang untuk melihat dengan mata sendiri apa yang terjadi. Ketika mereka melihat mukjizat yang telah dikerjakan oleh stigmata Santo Fransiskus itu, mereka pun dipenuhi sukacita dan rasa kagum, kemudian dengan suara lantang memuji-muji sang pembawa-salib Kristus (catatan: maksudnya Santo Fransiskus).
Fransiskus membawa stigmata Kristus yang wafat bagi kita dalam kebaikan-Nya dan kemudian secara ajaib bangkit lagi, dan oleh kuasa luka-luka-Nya (bilur-bilur-Nya) menyembuhkan bangsa manusia, yang telah terluka dan ditinggal setengah mati. Oleh karena itu benarlah apabila Fransikus yang mati terhadap dunia ini dan hidup dengan Kristus harus menyembuhkan seseorang yang terluka dengan menampakkan diri secara ajaib dan menyentuhnya dengan tangan-tangannya.
Cilandak, 22 April 2010
Diterjemahkan secara bebas oleh Sdr. F.X. Indrapradja, OFS  
Sumber: S. Bonaventura, LegMaj (terjemahan bahasa Inggris dalam Omnibus), Major Life [Part II] SOME OF THE MIRACLES WHICH TOOK PLACE AFTER ST. FRANCES’ DEATH, I:5, Omnibus, hal. 750-752.

Cetak

Cetak Artikel

Bagikan

Related Posts :

0 Response to "SANTO FRANSISKUS DAN SULTAN MESIR: TESTIMONI ABAD KE-13"